(26/10) Semarang – Fakultas Teknik Universitas Diponegoro menyelenggarakan kuliah umum secara hybrid dengan judul “Peran Industri Hulu Migas Bagi Ketahanan Energi Nasional”. Acara ini terwujud atas kerjasama FT Undip dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK MIGAS) yang didukung oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama Gas Bumi di Indonesia (KKKS) yaitu PT Pertamina EP, PT Pertamina EP Cepu, PT Pertamina EP Cepu ADK, ExxonMobil Cepu Limited, PGN Saka Energi Muriah Ltd dan TIS Petroleum E&P Blora. Agenda kali ini dihadiri oleh Dekan FT Prof. Ir. Moch. Agung Wibowo, Senior Manager Departemen Operasi SKK Migas Perwakilan Jabanusa Indra Zulkarnain, Eksternal Affairs Manager ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) Ikhwan Arifin dan bertindak sebagai moderator Dosen Senior FT Undip Karnoto, ST., MT.

Acara diawali dengan sambutan Dekan FT, dalam pidatonya ia menyampaikan jika pihaknya merasa terhormat karena selalu dipercaya menjadi mitra dari perusahaan energi raksasa. Ia menambahkan bahwa sinergitas antara dunia pendidikan dan industri harus senantiasa dijaga agar dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik. Adanya pandemi yang mengakibatkan restrukturisasi sosial serta ekonomi bukan lagi alasan untuk menyerah pada keadaan tetapi justru menjadi pendorong untuk terus berinovasi sehingga pemerintah dan masyarakat bisa bangkit bersama. Pada titik inilah peran universitas dan dunia usaha menjadi sangat krusial.

Selanjutnya, jalannya kuliah umum dipandu oleh Karnoto, ST.,MT selaku moderator. Paparan pertama oleh Perwakilan SKK MIGAS Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) Indra Zulkarnain yang dalam presentasinya mengukapkan bahwa bauran energi nasional masih didominasi oleh migas sebesar 44 persen, sementara batubara diproyeksikan 25 persen dan energi terbarukan sebesar 31 persen. “Dengan komposisi tersebut maka peran lembaga pengelola hulu migas, yang saat ini diemban oleh SKK MIGAS menjadi sangat penting dan kritikal dalam menyediakan kebutuhan energi, khususnya minyak mentah dan gas bumi untuk menjaga Ketahanan Energi Nasional. Selain daripada itu, dukungan dari semua pemangku kepentingan yaitu pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Perlu diketahui bahwa SKK MIGAS diharapkan dapat mencapai target produksi minyak sebesar 1 juta barrel oil per day (BOPD) dan produksi gas sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (Billion Standar Cubic Feet per Day /BSCF) di tahun 2030”.

Setali tiga uang, Ikhwan Arifin sebagai Eksternal Affairs Manager EMCL menyampaikan jika kebutuhan energi merupakan keniscayaan bagi kehidupan bermasyarakat untuk membangun peradaban. Saat ini ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Blok Cepu, dengan Wilayah Kerja Produksi (WKP) lapangan Banyu Urip, dan Kedung Keris dengan produksi terbesar di Indonesia yakni sebanyak 220 ribu barel per-hari. Sebagai perusahaan migas yang sangat bertanggung jawab dalam segala operasionalnya ExxonMobil juga sangat peduli dengan pengembangan masyarakat, Community Development (Commdev) dan Corporat Sosial Responsibility (CSR) sesuai dengan aturan ISO 26000, SDGs Development Goals, dan Nawacita.
Sebagai contoh, Kabupaten Bojonegoro yang merupakan bagian dari wilayah Blok Cepu adalah daerah termiskin di Jawa Timur pada tahun 2006 yang lalu. Berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, berdasarkan data Kementerian Keuangan, Mei 2019, DBH sektor migas ke pemerintah daerah pada 2018 mencapai Rp 22,48 triliun. Dari jumlah tersebut, Kabupaten Bojonegoro menjadi penerima DBH migas terbesar se-Jawa Timur dengan jumlah Rp 2,28 triliun.
Pada penghujung acara dilanjutkan dengan tanya jawab seputar energi antara pemateri dan mahasiswa. Lalu ditutup dengan pembagian dorprise bagi para penanya terbaik serta pembagian souvenir bagi seluruh peserta yang hadir pada kuliah umum ini baik secara offline ataupun online yang hadiahnya dapat diambil di Dekanat FT Undip. (Mardian)