Selasa, 18 Maret 2025, Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (DPWK) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro menggelar diskusi bertajuk “Nusantara as Forest City: A Vision for Evolutionary Planning of the Capital Habitat”. Acara ini berlangsung di Pusat Kebudayaan Erasmus Huis, Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.

Diskusi ini merupakan bagian dari inisiatif Evolutionary Planning of the Capital Habitat 2045 – EPOCH45sebuah program hasil kerja sama antara DPWK Universitas Diponegoro dengan Mars Architects, ADB, Van Eesteren-Fluck & Van Lohuizen Stichting, dan Kedutaan Besar Belanda. Inisiatif ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi inovatif dalam membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai Forest City. Program yang terdiri dari diskusi, seri kuliah, dan kompetisi desain ini dihadiri oleh berbagai akademisi dan pemangku kepentingan dari 6 negara, yaitu Indonesia, Belanda, Tiongkok, Australia, Selandia Baru, dan Italia.

“Kami berharap dapat menampilkan inovasi dan solusi terdepan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul dalam proses pembangunan IKN, dengan menekankan konsep Forest City yang inklusif,” ujar Prof. Dr. Ir. Jamari, S.T, M.T, IPU, ASEAN Eng, Dekan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam sambutannya.

Panelis diskusi sedang melihat pameran pemenang kompetisi desain EPOCH 45

 

Diskusi ini dipandu oleh Prof. Dr.-Ing. Wiwandari Handayani dari Universitas Diponegoro dan Neville Mars, Ph.D dari Mars Architects, dengan fokus utama adalah tentang apa itu konsep Forest City dan bagaimana cara mengintegrasikan konsep tersebut ke dalam perencanaan dan pembangunan IKN. Selain itu, cara melakukan integrasi antara unsur alam dan menangani tuntutan akan urbanisasi baik formal maupun informal juga ikut dibahas sebagai upaya untuk menciptakan ibu kota yang inklusif dan modern.

Berbagai tokoh penting turut dilibatkan sebagai panelis dalam diskusi ini, termasuk diantaranya adalah Prof (HC Undip) Bambang Susantono dari Universitas Diponegoro, Prof. Bakti Setiawan dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Stephen Cairns dari Monash University, Joris van Etten dari ADB, Mia Amalia, Ph.D dari Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN, dan Dr. Myrna Asnawati Safitri dari Deputi Bidang Perencanaan dan Pertanahan Otorita IKN. Hasil dari diskusi ini diharapkan bisa memperkaya perspektif dan masukan bagi pemangku kebijakan terkait pembangunan IKN agar tetap berlanjut dan sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 11 (Sustainable Cities and Communities), SDG 13 (Climate Action), dan SDG 15 (Life on Land).

“Menyeimbangkan alam dan urbanisasi, serta pertumbuhan formal dan informal, adalah kunci untuk pembangunan IKN sebagai Forest City. Kita juga harus mengatasi ketimpangan dan menjaga keadilan sosial. Ini bukan hanya tentang tujuan akhir, tetapi juga bagaimana kita mencapainya. Kecepatan bukan segalanya, perlahan tidak masalah, yang terpenting adalah melangkah dengan benar.” tukas Prof. Wiwandari.

Berita oleh Departemen PWK Undip